LAPORAN
PRAKTIKUM
JARINGAN
KOMPUTER
PERTEMUAN KE-13
“Classful
routing dan Classless Routing”
Nama : Ekawati Novita
NIM : 11615012
Kelas : II-A
I. TUJUAN
* Agar
mahasiswa dapat melakukan konfigurasi pada router dengan tipe classful routing
dan classless routing
* Agar
mahasiswa dapat membedakan tipe konfigurasi router antara classful routing dan
classless routing
* Agar
mahasiswa dapat mengetahui fungsi masing-masing routing protocol pada classful
da classless routing.
* Agara
mahasiswa melakukan konfigurasi pada router dengan routing protocol yang tepat
II. LATAR
BELAKANG
a. Classful Routing Protocol
Classful Routing Protocol adalah
penerapan subnet secara penuh atau default /24, /16, /8 artinya
penggunaan kelas full di konsep ini. Classful routing protocol juga suatu
protocol dimana protokol ini tidak ‘membawa’ routing mask information ketika
update routing atau routing advertisements. Ia hanya membawa informasi
ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai mask-nya. Yang
termasuk Dynamic routing Classful adalah :
- Rip V1
- IGRP.
Classfull merupakan metode pembagian
IP address berdasarkan kelas dimana IP address ( yang berjumlah sekitar 4
milyar ) dibagi kedalam lima kelas yakni:
Address kelasA
1 bit pertama IP Address-nya“0”
1 bit pertama IP Address-nya“0”
Address kelas B
2 bit pertama IP Address-nya“10”
Address kelas C
3 bit pertama IP Address-nya“110”
Address kelas D
4 bit pertama IP Address-nya“1110”
Address kelas E
4 bit pertama IP Address-nya“1111”
b. Classless Routing Protocol
Classless routing protocol
menyediakan sebuah field untuk subnet mask sehingga mendukung VLSM, CIDR,
Summary route, dan tidak lagi berbasiskan kelas subnet. Jika diperjelas lagi,
dengan Classless Routing Protocol kita dapat mengunakan semua subnet yang dapat
digunakan. Denga kata lain kita dapat menggunakan metode VLSM pada
penerapannya. Yang termasuk Dynamic routing
Classless :
- IS-IS
- Rip V2
- OSPF
- EIGRP
- BGP
c. Penjelasan Masing-Masing Routing
Protocol :
1. RIP
Protocol yang menyediakan informasi
yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan
diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya. RIP
merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh
ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan
mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan
memerlukan fitur router routing protokol. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058,
dengan karakteristik sebagai berikut:
- Routing protokol distance vector,
- Metric berdasarkan pada jumlah
lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
- Jika hop count lebih dari 15, maka
paket dibuang,
- Update routing dilakukan secara
broadcast setiap 30 detik.
Kelebihan :
- RIP menggunakan metode Triggered
Update
- RIP memiliki timer untuk mengetahui
kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan
pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan
informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update)
- Mengatur routing menggunakan RIP
tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika
jarang terjadi kegagalan link jaringan
Kekurangan :
- Jumlah host Terbatas
- RIP tidak memiliki informasi tentang
subnet setiap route
- RIP tidak mendukung Variable Length
Subnet Masking (VLSM)
- Ketika pertama kali dijalankan hanya
mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak
mengetahui topologi jaringan tempatnya berada
- Untuk jaringan yang besar dan
kompleks, RIP mungkin tidak cukup. Dalam kondisi demikian, penghitungan routing
dalam RIP sering membutuhkan waktu yang lama, dan menyebabkan terjadinya
routing loop.
a. RIP Versi 1
- Dokumen –> RFC1058.
- RIP V1 routing vektor-jarak yang
dimodifikasi dengan triggered update dan split horizon dengan poisonous reverse
untuk meningkatkan kinerjanya.
- RIP V1 diperlukan supaya host dan
router dapat bertukar informasi untuk menghitung rute dalam jaringan TCP/IP.
Informasi yang dipertukarkan RIP
berupa :
a. Host
b. Network
c. Subnet
d. Rutedefault
b. RIP Versi 2
- Enhancement dari RIP versi1 ditambah
dengan beberapa kemampuan baru,
- Algoritma routing sama dengan RIP
versi. Bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
Kemampuan baru :
a. Tag –> untuk rute eksternal.
b. Subnet mask.
c. Alamat hop berikutnya.
d. Autentikasi.
2. IGRP
IGRP merupakan sebuah IGP distance
vector. Protokol-protokol routing distance vector mengukur jarak untuk
membandingkan route secara matimatika. Pengukuran ini dikenal sebagai distance
vector. Router-router yang menggunakan protokol-protokol distance vector
harus mengirim semua atau sebagian dari tabel routing mereka dalam sebuah
pesan update routing pada interval yang tetap untuk setiap router.
Sebagaimana informasi routing menyebar keseluruh jaringan, router melakukan
beberapa fungsi berikut :
- Mengenali tujuan baru
- Mempelajari kegagalan
- Karakateristik desain kunci dari
IGRP adalah sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan secara otomatis
menangani topologi-topologi kompleks dan tak terdefenisi.
- Fleksibelitas yang diperlukan pada
segment dengan karakteristik bandwidth dan delay berbeda.
- Skalabilitas untuk berfungsi dalam
jaringan-jaringan yang luas.
Kelebihan :
- IGRP memiliki jumlah hop maksimum
sebanyak 255, dengan nilai default 100
- IGRP mendukung organisasi banyak
orang dengan besar internetworks untuk menggantikan RIP dengan IGRP.
Kekurangan :
- Jumlah Host terbatas
3. OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF merupakan interior routing
protocol yang kepanjangan dari Open Shortest Path First. OSPF didesain oleh
IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari
algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun
80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing
protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak
memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek,
Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun.
OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247. OSPF menggunakan protokol routing
link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Protokol routing link-state.
- Merupakan open standard protokol
routing yang dijelaskan di RFC 2328.
- Menggunakan algoritma SPF untuk
menghitung cost terendah.
- Update routing dilakukan secara
floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.
- OSPF adalah linkstate protokol
dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun
beberapa bagian dari subnetwork.
- OSPF lebih effisien daripada RIP.
- Antara RIP dan OSPF menggunakan di
dalam Autonomous System ( AS ).
- Menggunakan protokol broadcast.
Kelebihan :
- Tidak menghasilkan routing loop
- Mendukung penggunaan beberapa metrik
sekaligus
- Dapat menghasilkan banyak jalur ke
sebuah tujuan
- Membagi jaringan yang besar mejadi
beberapa area.
- Waktu yang diperlukan untuk
konvergen lebih cepat
Kekurangan :
- Membutuhkan basis data yang besar
- Lebih rumit
4. EIGRP (Enhanced Interior Gateway
Routing Protocol)
EIGRP menggunakan protokol routing
enhanced distance vector, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Menggunakan protokol routing
enhanced distance vector.
- Menggunakan cost load balancing yang
tidak sama.
- Menggunakan algoritma kombinasi antara
distance vector dan link-state.
- Menggunakan Diffusing Update
Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.
Kelebihan :
- Melakukan konvergensi secara tepat
ketika menghindari loop.
- Memerlukan lebih sedikit memori dan
proses
- Memerlukan fitur loopavoidance
Kekurangan :
- Hanya untuk Router Cisco
5. BGP (Border Gateway Protocol )
Border Gateway Protocol atau lebih
familiar dikenal dengan nama BGP merupakan sebuah protokol routing
inter-Autonomous System. Fungsi utama sistem BGP adalah untuk bertukar
informasi network yang dapat ‘dijangkau’ (reachability) oleh sistem BGP lain,
termasuk di dalamnya informasi-informasi yang terdapat dalam list autonomous
system (AS). BGP berjalan melalui sebuah protokol transport, yaitu TCP.
BGP memiliki kemampuan untuk
mengontrol dan mengatur trafik-trafik dari sumber berbeda di dalam network
multi-home (tersambung ke lebih dari 1 ISP/Internet Service Provider). Tujuan
utama BGP adalah untuk memperkenalkan kepada publik di luar network (upsteram
provider atau peer) tentang rute atau porsi spasi address yang dimiliki dengan
“meminta izin” membawa data ke suatu spasi address tujuan (meng-advertise).
Berikut adalah karakteristik BGP :
- BGP adalah Path Vector routing
protocol yang dalam proses menentukan rute-rute terbaiknya selalu mengacu
kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya dari router BGP yang
lainnya.
- Routing table akan dikirim secara
penuh pada awal dari sesi BGP, update selanjutnya hanya bersifat incremental
atau menambahi dan mengurangi routing yang sudah ada saja.
- Router BGP membangun dan menjaga
koneksi antar-peer menggunakan port TCP nomor 179.
- Koneksi antar-peer dijaga dengan
menggunakan sinyal keepalive secara periodic
Kelebihan :
- BGP mendukung Class Inter-Domain
Routing dan menggunakan route aggregation untuk mengurangi ukuran tabel
routing.
- BGP diciptakan untuk menggantikan
protokol routing EGP
yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak harus mengacu pada satu
jaringan backbone saja.
Kelemahan :
- BGP mempublikasikan rute yang tidak
diketahui bagaimana cara mencapainya. Ini dinamakan black-holing, yaitu
melakukan advertise, atau meminta izin untuk membawa data, tetapi beberapa
bagian spasi address adalah milik orang lain, akibatnya proses advertise malah
menyulitkan.
- Kelas Subnet Mask
- Subnet mask terbagi menjadi 3 kelas
yaitu kelas A, B, dan C namun ada. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana
cara membagi subnet mask kelas C, nilai standart subnet mask kelas C adalah
255.255.255.0 dan itu mampu menampung 254 host(komputer) dalam setiap jaringan.
Bayangkan jika kita hanya mempunyai beberapa komputer tetapi ruang lingkupnya
sangat luas maka yang terjadi adalah LOLA (Loadingnya Lama), jadi kita perlu
mempersempit ruang lingkup host tersebut.
- Misal suatu sekolah akan mebuat
labolatorium komputer dengan jumlah 40 unit. Jika menggunakan subnet mask
standart 255.255.255.0 sebetulnya bisa tapi sebaiknya kita mengutamakan
pengoptimalkan kinerja jaringan tersebut agar sesuai dengan kapasitas komputer
yang kita miliki.
- Begini cara menghitungnya, nilai
subnet mask terdiri dari 4 kelompok angka desimal yang dipisahkan oleh tanda
titik (misal 255.255.255.0) dan terdiri dari 32 bit angka biner, jadi
masing-masing angka desimal berasal dari 8 bit angka biner. Bilangan biner
sendiri terdiri dari angka 0 dan 1, jika 0 maka tak bernilai dan 1 maka
bernilai, nilai pada setiap angka bit biner tidak sama untuk lebih jelasnya
lihat daftar ini:
Bit
ke -
|
Nilai
|
1
|
20
= 1
|
2
|
21
= 2
|
3
|
22
= 4
|
4
|
23
= 8
|
5
|
24
= 16
|
6
|
25
= 32
|
7
|
26
= 64
|
8
|
27
= 128
|
Bit ke -
|
8
|
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Nilai
|
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
III. ALAT DAN
BAHAN
1. 1 unit PC
2. Aplikasi packet tracer 5.3.2
Tugas 1 : persiapan jaringan
Langkah 1: Hubungkan semua komponen
yang ada pada gambar, sesuai dengan gambar berikut :
Langkah 2 : Sesuaikan konfigurasi dengan tabel berikut :
Tugas 2: Menghapus konfigurasi pada setiap router.
Menghapus konfigurasi pada masing-masing router menggunakan perintah startup-config menghapus dan kemudian reload router. Jawab tidak jika diminta untuk menyimpan perubahan.
Tugas 3 : Konfigurasi router dengan scrib dibawah ini :
Langkah 1 : Konfigurasi router 1 (R1)
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R1
R1(config)#interface FastEthernet0/0
R1(config-if)#ip address 172.30.1.1
255.255.255.0
R1(config-if)#duplex auto
R1(config-if)#speed auto
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
R1# configure terminal
R1(config)#interface FastEthernet0/1
R1(config-if)#ip address 172.30.2.1
255.255.255.0
R1(config-if)#duplex auto
R1(config-if)#speed auto
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
R1# configure terminal
R1(config)#interface Serial0/0/0
R1(config-if)#ip address
209.165.200.230 255.255.255.252
R1(config-if)#clock rate 64000
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end
R1# configure terminal
R1(config)#router rip
R1(config-router)#passive-interface
FastEthernet0/0
R1(config-router)#passive-interface
FastEthernet0/1
R1(config-router)#network 172.30.0.0
R1(config-router)#network
209.165.200.0
R1(config-if)#end
R1# configure terminal
R1(config)#line con 0
R1(config-line)#line vty 0 4
R1(config-line)# login
R1(config-if)#end
Langkah 2 : Konfigurasi router 2 (R2)
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R2
R2(config)#interface FastEthernet0/0
R2(config-if)#ip address 10.1.0.1
255.255.0.0
R2(config-if)#duplex auto
R2(config-if)#speed auto
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end
R2# configure terminal
R2(config)#interface Serial0/0/0
R2(config-if)#ip address 209.165.200.229
255.255.255.252
R2(config-if)#clock rate 64000
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end
R2# configure terminal
R2(config)#interface Serial0/0/1
R2(config-if)#ip address 209.165.200.233
255.255.255.252
R2(config-if)#clock rate 64000
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end
R2# configure terminal
R2(config)#router rip
R2(config-router)#passive-interface
FastEthernet0/0
R2(config-router)#network 10.0.0.0
R2(config-router)#network 209.165.200.0
R2(config-if)#end
R2# configure terminal
R2(config)#line con 0
R2(config-line)#line vty 0 4
R2(config-line)# login
R2(config-if)#end
Langkah 3 : Konfigurasi router 3 (R3)
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R3
R3(config)#interface FastEthernet0/0
R3(config-if)#ip address 172.30.100.1
255.255.255.0
R3(config-if)#duplex auto
R3(config-if)#speed auto
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#interface Serial0/0/1
R3(config-if)#ip address 209.165.200.234
255.255.255.252
R3(config-if)#clock rate 64000
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback0
R3(config-if)#ip address
172.30.110.1 255.255.255.0
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback1
R3(config-if)#ip address 172.30.200.17
255.255.255.240
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback2
R3(config-if)#ip address 172.30.200.33
255.255.255.240
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#router rip
R3(config-router)#passive-interface
FastEthernet0/0
R3(config-router)#network 172.30.0.0
R3(config-router)#network 209.165.200.0
R3(config-if)#end
R3# configure terminal
R3(config)#line con 0
R3(config-line)#line vty 0 4
R3(config-line)# login
R3(config-if)#end
Tugas 4 : Periksa Status Sekarang dari Jaringan.
Langkah 1: Pastikan kedua link serial yang up
Langkah 1: Pastikan kedua link serial yang up
Langkah 2: Lihat
tabel routing pada R2.
R2#show
ip route
Langkah 3:
Memeriksa tabel routing pada router R1.
R1#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
Langkah 3:
Memeriksa tabel routing pada router R1.
R3#show ip route
Langkah 4 :
Periksa RIPv1 paket yang diterima oleh R2.
R2#debug ip rip
Tugas 5
: Konfigurasi RIP Version 2.
Langkah 1: Gunakan versi 2 perintah untuk mengaktifkan RIP versi 2 pada setiap router.
Langkah 1: Gunakan versi 2 perintah untuk mengaktifkan RIP versi 2 pada setiap router.
R2(config)#router
rip
R2(config-router)#version
2
R1(config)#router
rip
R1(config-router)#version
2
R3(config)#router
rip
R3(config-router)#version
2
Langkah 2 : Periksa Tabel routing
R2#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :R1#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
Tugas 6 : Nonaktifkan summarization
otomatis
R2(config)#router rip
R2(config-router)#no auto-summary
R1(config)#router rip
R1(config-router)#no auto-summary
R3(config)#router rip
Selesai @@@@@@@@