Pages

Selasa, 29 Mei 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
JARINGAN KOMPUTER

PERTEMUAN KE-13
 
Classful routing dan Classless Routing  
Nama : Ekawati Novita
NIM : 11615012
 Kelas : II-A



I. TUJUAN

* Agar mahasiswa dapat melakukan konfigurasi pada router dengan tipe classful routing dan      classless routing
* Agar mahasiswa dapat membedakan tipe konfigurasi router antara classful routing dan classless routing
* Agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi masing-masing routing protocol pada classful da classless routing.
* Agara mahasiswa melakukan konfigurasi pada router dengan routing protocol yang tepat

II. LATAR BELAKANG

a. Classful Routing Protocol
          Classful Routing Protocol adalah penerapan subnet secara penuh atau default  /24, /16, /8 artinya penggunaan kelas full di konsep ini. Classful routing protocol juga suatu protocol dimana protokol ini tidak ‘membawa’ routing mask information ketika update routing atau routing advertisements. Ia hanya membawa informasi ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai mask-nya. Yang termasuk Dynamic routing Classful adalah :
- Rip V1
- IGRP.

          Classfull merupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas dimana IP address ( yang berjumlah sekitar 4 milyar ) dibagi kedalam lima kelas yakni:

Address kelasA
1 bit pertama IP Address-nya“0”

Address kelas B
2 bit pertama IP Address-nya“10”

Address kelas C 
3 bit pertama IP Address-nya“110”

Address kelas D 
4 bit pertama IP Address-nya“1110”

Address kelas E
4 bit pertama IP Address-nya“1111”

b. Classless Routing Protocol 
          Classless routing protocol menyediakan sebuah field untuk subnet mask sehingga mendukung VLSM, CIDR, Summary route, dan tidak lagi berbasiskan kelas subnet. Jika diperjelas lagi, dengan Classless Routing Protocol kita dapat mengunakan semua subnet yang dapat digunakan. Denga kata lain kita dapat menggunakan metode VLSM pada penerapannya. Yang termasuk Dynamic routing Classless :
- IS-IS
- Rip V2
- OSPF
- EIGRP
- BGP

c. Penjelasan Masing-Masing Routing Protocol :

1. RIP
          Protocol yang menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya. RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Routing protokol distance vector,
- Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
- Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
- Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik.

Kelebihan :
- RIP menggunakan metode Triggered Update
- RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update)
- Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan

Kekurangan  :
- Jumlah host Terbatas
- RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route
- RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM)
- Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada
- Untuk jaringan yang besar dan kompleks, RIP mungkin tidak cukup. Dalam kondisi demikian, penghitungan routing dalam RIP sering membutuhkan waktu yang lama, dan menyebabkan terjadinya routing loop.

a. RIP Versi 1
- Dokumen –> RFC1058.
- RIP V1 routing vektor-jarak yang dimodifikasi dengan triggered update dan split horizon dengan poisonous reverse untuk meningkatkan kinerjanya.
- RIP V1 diperlukan supaya host dan router dapat bertukar informasi untuk menghitung rute dalam jaringan TCP/IP.
Informasi yang dipertukarkan RIP berupa :
a. Host
b. Network
c. Subnet
d. Rutedefault

b. RIP Versi 2
- Enhancement dari RIP versi1 ditambah dengan beberapa kemampuan baru,
- Algoritma routing sama dengan RIP versi. Bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
Kemampuan baru :
a. Tag –> untuk rute eksternal.
b. Subnet mask.
c. Alamat hop berikutnya.
d. Autentikasi.

2. IGRP
          IGRP merupakan sebuah IGP distance vector. Protokol-protokol routing distance vector mengukur jarak untuk membandingkan route secara matimatika. Pengukuran ini dikenal sebagai distance vector.  Router-router yang menggunakan protokol-protokol distance vector harus mengirim semua atau sebagian dari  tabel routing mereka dalam sebuah pesan update routing pada interval yang tetap untuk setiap router.  Sebagaimana informasi routing menyebar keseluruh jaringan, router melakukan beberapa fungsi berikut :
- Mengenali tujuan baru
- Mempelajari kegagalan
- Karakateristik desain kunci dari IGRP adalah sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan secara otomatis menangani topologi-topologi kompleks dan tak terdefenisi.
- Fleksibelitas yang diperlukan pada segment dengan karakteristik bandwidth dan delay berbeda.
- Skalabilitas untuk berfungsi dalam jaringan-jaringan yang luas.

Kelebihan : 
- IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, dengan nilai default 100
- IGRP mendukung organisasi banyak orang dengan besar internetworks untuk menggantikan RIP dengan      IGRP.

Kekurangan :
- Jumlah Host terbatas

3. OSPF (Open Shortest Path First)
          OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun 80-an.
          Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Protokol routing link-state.
- Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328.
- Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
- Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.
- OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.
- OSPF lebih effisien daripada RIP.
- Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System ( AS ).
- Menggunakan protokol broadcast.

Kelebihan :
- Tidak menghasilkan routing loop
- Mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus
- Dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan
- Membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
- Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat 

Kekurangan :
- Membutuhkan basis data yang besar
- Lebih rumit

4. EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)
           EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan karakteristik sebagai berikut:
- Menggunakan protokol routing enhanced distance vector.
- Menggunakan cost load balancing yang tidak sama.
- Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state.
- Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.

Kelebihan :
- Melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop.
- Memerlukan lebih sedikit memori dan proses
- Memerlukan fitur loopavoidance
  
Kekurangan :
- Hanya untuk Router Cisco

5. BGP (Border Gateway Protocol )
           Border Gateway Protocol atau lebih familiar dikenal dengan nama BGP merupakan sebuah protokol routing inter-Autonomous System. Fungsi utama sistem BGP adalah untuk bertukar informasi network yang dapat ‘dijangkau’ (reachability) oleh sistem BGP lain, termasuk di dalamnya informasi-informasi yang terdapat dalam list autonomous system (AS). BGP berjalan melalui sebuah protokol transport, yaitu TCP.
           BGP memiliki kemampuan untuk mengontrol dan mengatur trafik-trafik dari sumber berbeda di dalam network multi-home (tersambung ke lebih dari 1 ISP/Internet Service Provider). Tujuan utama BGP adalah untuk memperkenalkan kepada publik di luar network (upsteram provider atau peer) tentang rute atau porsi spasi address yang dimiliki dengan “meminta izin” membawa data ke suatu spasi address tujuan (meng-advertise). Berikut adalah karakteristik BGP :
- BGP adalah Path Vector routing protocol yang dalam proses menentukan rute-rute terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan terpilih yang didapatnya dari router BGP yang lainnya.
- Routing table akan dikirim secara penuh pada awal dari sesi BGP, update selanjutnya hanya bersifat incremental atau menambahi dan mengurangi routing yang sudah ada saja.
- Router BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer menggunakan port TCP nomor 179.
- Koneksi antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive secara periodic

Kelebihan :
- BGP mendukung Class Inter-Domain Routing dan menggunakan route aggregation untuk mengurangi ukuran tabel routing.
- BGP diciptakan untuk menggantikan protokol routing EGP yang mengijinkan routing secara tersebar sehingga tidak harus mengacu pada satu jaringan backbone saja.

Kelemahan :
- BGP mempublikasikan rute yang tidak diketahui bagaimana cara mencapainya. Ini dinamakan black-holing, yaitu melakukan advertise, atau meminta izin untuk membawa data, tetapi beberapa bagian spasi address adalah milik orang lain, akibatnya proses advertise malah menyulitkan.
- Kelas Subnet Mask
- Subnet mask terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas A, B, dan C namun ada. Dan sekarang kita akan membahas bagaimana cara membagi subnet mask kelas C, nilai standart subnet mask kelas C adalah 255.255.255.0 dan itu mampu menampung 254 host(komputer) dalam setiap jaringan. Bayangkan jika kita hanya mempunyai beberapa komputer tetapi ruang lingkupnya sangat luas maka yang terjadi adalah LOLA (Loadingnya Lama), jadi kita perlu mempersempit ruang lingkup host tersebut.
- Misal suatu sekolah akan mebuat labolatorium komputer dengan jumlah 40 unit. Jika menggunakan subnet mask standart 255.255.255.0 sebetulnya bisa tapi sebaiknya kita mengutamakan pengoptimalkan kinerja jaringan tersebut agar sesuai dengan kapasitas komputer yang kita miliki.
- Begini cara menghitungnya, nilai subnet mask terdiri dari 4 kelompok angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik (misal 255.255.255.0) dan terdiri dari 32 bit angka biner, jadi masing-masing angka desimal berasal dari 8 bit angka biner. Bilangan biner sendiri terdiri dari angka 0 dan 1, jika 0 maka tak bernilai dan 1 maka bernilai, nilai pada setiap angka bit biner tidak sama untuk lebih jelasnya lihat daftar ini:



Bit ke -
Nilai
1
20 = 1
2
21 = 2
3
22 = 4
4
23 = 8
5
24 = 16
6
25 = 32
7
26 = 64
8
27 = 128



Bit ke -
8
7
6
5
4
3
2
1
Nilai
128
64
32
16
8
4
2
1




III. ALAT DAN BAHAN
1. 1 unit PC
2. Aplikasi packet tracer 5.3.2

IV. LANGKAH PERCOBAAN
Tugas 1 : persiapan jaringan

Langkah 1: Hubungkan semua komponen yang ada pada gambar, sesuai dengan gambar berikut :

Langkah
2 : Sesuaikan konfigurasi dengan tabel berikut :

Tugas  2: Menghapus konfigurasi pada setiap router.
Menghapus konfigurasi pada masing-masing router menggunakan perintah startup-config menghapus dan kemudian reload router. Jawab tidak jika diminta untuk menyimpan perubahan.

Tugas 3 : Konfigurasi router dengan scrib dibawah ini :

Langkah 1 : Konfigurasi router 1 (R1)

Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R1
R1(config)#interface FastEthernet0/0
R1(config-if)#ip address 172.30.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#duplex auto
R1(config-if)#speed auto
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end

R1# configure terminal
R1(config)#interface FastEthernet0/1
R1(config-if)#ip address 172.30.2.1 255.255.255.0
R1(config-if)#duplex auto
R1(config-if)#speed auto
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end

R1# configure terminal
R1(config)#interface Serial0/0/0
R1(config-if)#ip address 209.165.200.230 255.255.255.252
R1(config-if)#clock rate 64000
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#end

R1# configure terminal
R1(config)#router rip
R1(config-router)#passive-interface FastEthernet0/0
R1(config-router)#passive-interface FastEthernet0/1
R1(config-router)#network 172.30.0.0
R1(config-router)#network 209.165.200.0
R1(config-if)#end

R1# configure terminal
R1(config)#line con 0
R1(config-line)#line vty 0 4
R1(config-line)# login
R1(config-if)#end

Langkah 2 : Konfigurasi router 2 (R2)

Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R2
R2(config)#interface FastEthernet0/0
R2(config-if)#ip address 10.1.0.1 255.255.0.0
R2(config-if)#duplex auto
R2(config-if)#speed auto
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end

R2# configure terminal
R2(config)#interface Serial0/0/0
R2(config-if)#ip address 209.165.200.229 255.255.255.252
R2(config-if)#clock rate 64000
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end

R2# configure terminal
R2(config)#interface Serial0/0/1
R2(config-if)#ip address 209.165.200.233 255.255.255.252
R2(config-if)#clock rate 64000
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#end

R2# configure terminal
R2(config)#router rip
R2(config-router)#passive-interface FastEthernet0/0
R2(config-router)#network 10.0.0.0
R2(config-router)#network 209.165.200.0
R2(config-if)#end

R2# configure terminal
R2(config)#line con 0
R2(config-line)#line vty 0 4
R2(config-line)# login
R2(config-if)#end

Langkah 3 : Konfigurasi router 3 (R3)

Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)#hostname R3
R3(config)#interface FastEthernet0/0
R3(config-if)#ip address 172.30.100.1 255.255.255.0
R3(config-if)#duplex auto
R3(config-if)#speed auto
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#interface Serial0/0/1
R3(config-if)#ip address 209.165.200.234 255.255.255.252
R3(config-if)#clock rate 64000
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback0
R3(config-if)#ip address 172.30.110.1 255.255.255.0
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback1
R3(config-if)#ip address 172.30.200.17 255.255.255.240
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#interface Loopback2
R3(config-if)#ip address 172.30.200.33 255.255.255.240
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#router rip
R3(config-router)#passive-interface FastEthernet0/0
R3(config-router)#network 172.30.0.0
R3(config-router)#network 209.165.200.0
R3(config-if)#end

R3# configure terminal
R3(config)#line con 0
R3(config-line)#line vty 0 4
R3(config-line)# login
R3(config-if)#end

Tugas  4 : Periksa Status Sekarang dari Jaringan.
Langkah 1: Pastikan kedua link serial yang up

R2#show ip interface brief

Akan muncul tampilan sebagai berikut :
 
Langkah 2: Lihat tabel routing pada R2.
R2#show ip route

Akan muncul tampilan sebagai berikut :
Langkah 3: Memeriksa tabel routing pada router R1.

R1#show ip route

Akan muncul tampilan sebagai berikut :

Langkah 3: Memeriksa tabel routing pada router R1.

R3#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
Langkah 4 : Periksa RIPv1 paket yang diterima oleh R2.

R2#debug ip rip

Tugas 5 : Konfigurasi RIP Version 2.
Langkah 1: Gunakan versi 2 perintah untuk mengaktifkan RIP versi 2 pada setiap router.

R2(config)#router rip
R2(config-router)#version 2

R1(config)#router rip
R1(config-router)#version 2

R3(config)#router rip
R3(config-router)#version 2

Langkah 2 : Periksa Tabel routing

R2#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
R1#show ip route
Akan muncul tampilan sebagai berikut :
 
R3#show ip route

Tugas 6 : Nonaktifkan summarization otomatis

R2(config)#router rip
R2(config-router)#no auto-summary

R1(config)#router rip
R1(config-router)#no auto-summary

R3(config)#router rip
R3(config-router)#no auto-summary

V. HASIL 
          Hasil dari percobaan diatas dapat didownload DISINI
Selesai @@@@@@@@